Antrean pengendara di SPBU Amen, Sabtu (23/7/2022) siang
fokusbengkulu,lebong – Sejak beberapa pekan terakhir, antrean di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) di Kelurahan Amen Kecamatan Amen mengular. Panjangnya mencapai lebih dari 500 meter. Mayoritas adalah kendaraan roda dua dan empat yang hendak mengisi BBM jenis Pertalite. Beberapa kali juga tampak ada antrean dump truck untuk mengisi bio solar. Kondisi sulitnya mendapatkan BBM (Bahan Bakar Minyak) jenis pertalite ini dikeluhkan oleh masyarakat.
Bahkan, tak jarang ada pengendara yang sudah mengantre berjam-jam, namun tidak mendapat jatah lantaran pertalite sudah ludes terjual. Di sisi lain, berdasarkan penelusuran media ini, harga eceran pertalite di beberapa warung di Kabupaten Lebong menembus angka Rp 12.000 per liter.
Nyaris dua kali lipat dibanding harga di SPBU yang hanya Rp 7.650 per liter. Tak ayal, situasi itu semakin memperparah antrean. Banyak warga yang rela berpanas-panasan, ketimbang membeli eceran.
Dikonfirmasi terkait hal tersebut, Pengawas SPBU Amen Ropan menuturkan, antrean di SPBU satu-satunya di Kabupaten Lebong tersebut dipicu adanya pembatasan kuota BBM jenis pertalite oleh Pertamina sejak awal Juli 2022 lalu. Biasanya, SPBU Amen menerima sebanyak 24 ton. Namun, beberapa kali hanya masuk 16 ton.
“Kami melihatnya, ini adalah bentuk kepanikan dari masyarakat. Khawatir tidak dapat pertalite. Padahal, kalau pertalite masuk 24 ton. Tidak ada masalah, yang mengantre pasti kebagian. Tadi malam masuk 24 ton, lihat hari ini, antrean berkurang,” ungkap Ropan ketika di konfirmasi di sela-sela mengawasi SPBU, Sabtu (23/7/2022) siang sekitar pukul 13.00 WIB.
Disinggung terkait adanya indikasi oknum nakal yang bermain dan disinyalir melakukan penimbunan, Ropan mengaku pihaknya sudah berupaya untuk mengantisipasi hal tersebut dan melakukan penertiban dengan mencatat Nomor Polisi (Nopol) atau pelat kendaraan yang mengisi BBM.
“Mulai hari ini, petugas kita siagakan mencatat plat nomor kendaraan. Jadi, mobil tidak bisa mengisi pertalite lebih dari satu kali sehari,” imbuh dia.
Sementara terkait dengan pembelian BBM pertalite menggunakan jerigen, Ropan mengatakan, pihaknya hanya melayani pengendara yang mengantongi surat rekomendasi dari Pemkab Lebong melalui OPD terkait atau dari pemerintah desa/kelurahan.
“Yang pakai jerigen ini kan, seperti yang punya usaha heler atau UMKM. Tapi, kalau tidak ada rekom, tidak kita layani,” tandasnya.
Sementara itu, salah seorang pemotor yang berhasil dibincangi fokusbengkulu.com bernama Andri (36) mengaku, ia rela mengantre berlama-lama karena tidak sanggup membeli pertalite eceran yang harganya mahal.
“Biarlah pak, ngantre lamo. Pado beli di eceran, ado yang hargonyo sampai 12 ribu seliter,” ungkap Andri menggunakan bahasa daerah.(wez)